Pages

Friday, November 2, 2012

Dari Akuilla Untuk Asesa #2

Penantian hanya memerlukan penghujung kok. Aku cuma harus menunggu dengan ikhlas tanpa keluhan yang keluar dari bagian tubuh manapun. Karena ini keinginanku. Jelas aku harus tau segala konsekuensi yang keluar dari pihak manapun. Mungkin ini tangkup atau sebongkah kayu yang diam-diam terbangun menjadi rumah singgah. Persinggahan harapan. Harapan yang tidak sengaja tercelos kemudian mengembang dari hari ke hari dan tidak dapat dihentikan atau dimatikan sebelum aku sendiri mati. Aku merasa dosa memelihara semua ini walau aku tau suatu yang sederhana dan indah memang wajar. Aku selalu sakit setiap tarikan napas yang kulakukan karena diiringi ingatan bahwa aku punya rasa. Aku sampah ketika tau kau milik dia, dia, dan dia bahkan dia.

Ini mirip balon yang terbang tinggi jika terlepas dan tidak ada yang memegangi. Nah, aku seperti itu, menari tinggi karena dibiarkan lepas melayang hanya bersama angan. Bermimpi karena sendiri. Kesepian karena sendiri. Hampa karena sendiri. Sendiri karena aku menunggu. Menunggu kamu yang bergerilya dan tidak menatap aku. Karena tau aku jelas tidak pernah bisa menjadi poros hidup kamu.

Mata ini sering bertabrakan tapi bingungnnya aku sebab tak pernah memiliki kesempatan untuk akhirnya hati yang bertabrakan. sering kali terselip genggaman tapi lagi-lagi hanya genggaman kosong. Aku, Kamu, Kita berbeda dengan Mereka. Mereka yang tidak bisa bersama karena pria berprinsip dan agak memohon agar wanita menunggu secara halus. Jelas rasa terbalas. Aku, Kamu bukan Kita karena Aku, Kamu berbeda :)

Dari Akuilla Untuk ASESA #1

Kamu ga tau esensi dari semua itu. Jangan pernah seakan-akan kamu memahami, mengerti bahkan mendalami semua yang ada dari semua itu ! Kamu ga tau makna dari kubu hati. Jadi jangan pernah kamu berpura-pura menyelimuti diri kamu seakan diliputi kubu hati ! Kamu itu sudah lama menjadi pembunuh. Pembunuh aku dalam diam. Aku tau kamu telah mati, mati mempelajari kubu hati. Sekarang kamu bangkit mencoba rontaan hebat dengan terjangan yang tak pernah dimengerti. Mungkin itu kamu dengan segala yang tak bisa kau pahami.

Kamu tau kenapa aku bisa mencintaimu ? Karena kelancanganmu. Kelancanganmu menarik esesku tanpa salam kemudian ketukan sapa atau sekedar permisi. Rumit ? Iyah seperti itu. Karena pangkatmu bukan untuk pendampingku tapi sekedar menemaniku. Itu berbeda. Baiklah kalau kamu tidak mengerti. Aku menyerah. Bahkan menyerah sebelum akhirnya aku punya rasa. Rasa untukmu.