Kita tidak pernah diperkenalkan secara umum, tidak pernah saling sambut tangan kemudian menyebutkan nama, tidak pernah saling lempar pertanyaan selanjutnya mengenai biodata. Aku hanya berdiri di belakang sandaran bangku Tamia, Tamia benar-benar sebuah takdir yang dapat membuat kita saling tau secara tidak umum. Aku pikir ini cukup luar biasa :) .
Melihat Tamia dan Asesa tertawa rua, sungguh pelangi yang tersirat dari hati lalu membuncah menjadi indah. Itu yang menarik esesku kepada Asesa. Seharusnya mungkin tidak diperkenankan hal ini. Entah mengapa eses ini bersalah tertarik pada jalur yang tidak seharusnya, namun inilah hati, bukan panah yang dapat diarahkan polisi tiang tinggi. Tidak dipercaya, Asesa menarik sesuatu dari raga ini, iyah itu esesku.
Tamia kerepotan dengan hatinya yang selalu bertaburan masa lalu. Aku kurang mengerti mengapa Tamia hiraukan Asesa. Mungkin Asesa tidak cukup berlimpah seperti masa lalu Tamia. Baiklah aku yang gundah gulana. Sekarang giliran aku yang tersudut berfikir apakah iyah Asesa meng-ada-kan aku ? Apa aku hanya sekilas intermezzo dalam cuplikan ruam Tamia ? Oh, Tamia ! Terkadang aku mengumpat "mengapa ada Tamia yang menjembatani aku dan Asesa ?". Tadi ku bilang perkenalanku dengan Asesa lewat alat takdir Tamia sangatlah luar biasa tetapi kini aku menjadi semakin takut, semakin takut, sangat sangat takut jika semakin dalam tertarik esesku oleh Asesa. Ini masih berjalan. Dan aku ingin tau bagaimana kelanjutannya :) .
Note :
*Pemirsah bisa tau apa maksud eses dari sini.
aku jg tidak sabar mnunggu kelanjutannya ^_^
ReplyDeletesekalian mencari tahu apa sih eses itu? hehehe
makasih sumanista :D
Deletesabar menunggu yah ;)